Oleh: Hj. Dina Asterina, Psikolog
Disampaikan pada pertemuan orang tua siswa TKBI kab. Banjar
7 Desember 2011
PENGARUH TAYANGAN TV
DAN ALAT ELEKTRONIK
LAINNYA
TERHADAP PERILAKU
ANAK-ANAK TK
Menurut Dwyer,
media audio visual seperti TV mampu merebut 94% saluran masuknya pesan-pesan
atau informasi ke dalam jiwa manusia yaitu lewat mata dan telinga. TV juga
mampu membuat orang mengingat 50% dari apa yang mereka lihat dan dengar di
layar televisi walaupun hanya sekali ditayangkan. Secara umum orang akan ingat
85% dari apa yang mereka lihat di TV setelah 3 jam kemudian dan 65% setelah 3
hari kemudian. Dengan demikian bagi anak-anak yang pada umumnya selalu meniru
apa yang mereka lihat, tidak menutup kemungkinan perilaku dan sikap anak
tersebut akan mengikuti acara televisi yang dia tonton. Apabila yang dia lihat
merupakan acara edukatif, maka akan bisa memberi dampak positif, tetapi jika
dia melihat hal yang tidak memiliki arti bahkan mengandung unsur-unsur negatif
yang dikemas secara menarik atau penyimpangan bahkan sampai kepada kekerasan,
maka hal ini akan memberikan dampak negatif pula terhadap perilaku anak yang
menonton acara televisi tersebut.
Dampak
Positif Televisi:
1.
Dalam hal penyajian
berita, televisi umumnya “up to date”, mampu menyajikan berita terbaru langsung
dari lokasi kejadian. Hal ini tentu akan membuat pemirsa tidak ketinggalan
informasi dan memberikan wawasan yang cukup luas secara cepat.
2.
Bila televisi
menyajikan acara-acara yang berhubungan dengan pendidikan, seperti mengenal
daerah geografis dunia, mengenal negara, mengetahui pembuatan barang, tahu
permainan tradisional, merangsang anak kreatif membuat mainan dari barang
bekas, daur ulang, juga kreasi memasak. Juga membuat perilaku paham agama,
menghormati orang, punya empati, menolong orang lemah, menepati janji, dsb.
3.
Menyegarkan otak
dengan menonton beragam tayangan hiburan.
4.
Televisi banyak
menampilkan tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh, baik dalam dunia pendidikan,
dunia usaha, hiburan, atau yang lainnya. Figur-figur yang ditampilkan dalam
televisi bisa memicu pemirsa untuk mencontoh kesuksesan mereka.
Dampak
negatif Televisi:
1.
Pengaruh negatif
televisi yang paling utama adalah membuat pemirsa lupa waktu, merasa malas
melakukan pekerjaan, dan lupa belajar.
2.
Banyaknya
acara-acara yang tidak mendidik di televisi bisa mempengaruhi kejiwaan anak.
Film kekerasan atau berita kriminal adalah beberapa acara yang tidak patut
ditonton oleh anak kecil, karena mereka cenderung meniru adegan yang mereka
tonton tersebut.
3.
Televisi mampu
meningkatkan daya konsumtif masyarakat. Di televisi banyak sekali iklan-iklan
yang menyajikan berbagai barang. Anak TK hingga kelas 6 SD rata-rata meminta
mainan, makanan, sampai atribut-atribut yang dipakai aktor dan aktris.
4.
Kemampuan berbahasa
yang buruk (suka membentak, mengumpat).
Sebagian besar
anak hidup di lingkungan keluarga. Pendidikan di keluarga akan memberi landasan
bagi kehidupan di masa mendatang. Oleh karena itu, perilaku anak sangat dominan
dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya (Anwas, 1998). Beberapa pakar psikologi
mengatakan bahwa apa yang dialami anak di masa kecil akan membekas dalam diri
anak dan mewarnai kehidupannya kelak. Yang lebih menarik adalah hasil studi
pakar psikiatri Universitas Harvard, Robert Coles (dalam Supriadi, 1997).
Temuannya menunjukkan bahwa pengaruh negatif tayangan televisi justru terdapat
pada keharmonisan di keluarga. Dalam temuannya, anak-anak yang mutu
kehidupannya rendah sangat rawan terhadap pengaruh buruk televisi. Sebaliknya
keluarga yang memegang teguh nilai, etika, dan moral serta orang tua
benar-benar menjadi panutan anaknya tidak rawan terhadap pengaruh tayangan
negatif televisi. Lebih lanjut Coles menunjukkan bahwa mempermasalahkan
kualitas tayangan televisi tidak cukup tanpa mempertimbangkan kualitas
kehidupan keluarga. Ini berarti menciptakan
keluarga yang harmonis jauh lebih penting ketimbang menuduh tayangan televisi
sebagai biangkerok meningkatnya perilaku negatif di kalangan anak dan remaja.
Beberapa cara
menghindarkan anak-anak dari TV:
1.
Sediakan permainan secukupnya sesuai dengan usia
anak.
2.
Sediakan kertas gambar secukupnya agar anak bisa
berimajinasi dengan menggambar sesuatu di kertas gambar.
3.
Melakukan kegiatan di luar rumah seperti
berkebun, dan sebagainya.
4.
Permainan atau olah raga ringan, seperti sepak
bola plastik, badminton untuk anak-anak, dsb.
5.
Membantu pekerjaan kita terutama yang
ringan-ringan dan mampu dilaksanakan oleh anak-anak.
6.
Membaca buku-buku cerita untuk anak-anak.
7.
Mengarang atau menuliskan apa yang pernah
dilihat ataupun kegiatan mereka sehari-hari.
8.
Bagi yang sudah mampu, sediakan komputer untuk
berkreasi, menggambar, atau mengetik.
Anak akan
tumbuh optimal jika orang tuanya mampu memenuhi berbagai kebutuhan si anak
secara seimbang. Tak melulu materi, perkembangan fisik dan psikis juga perlu
diperhatikan. Bermain merupakan salah satu kebutuhan bagi anak. Untuk
pertumbuhan si kecil, biasanya orang tua memberikan makanan yang bergizi dan
bervariasi. Demikian pula halnya bermain, orang tua haruslah cermat memilih
permainan yang bervariasi dan “bergizi” bagi buah hatinya.
Bermain itu
harus seimbang. Artinya, berikan permainan yang bisa memancing aspek fisik,
sosial, dan kognitif. Usahakan ketiga aspek tersebut terpenuhi sehingga
perkembangan anak menjadi maksimal.
Aspek fisik bisa dilatih melalui olah raga yang
melibatkan ketrampilan dan motorik kasar seperti basket dan sepak bola.
Setidaknya sekali dalam seminggu, disarankan orang tua untuk mengajak anaknya
bermain di luar, seperti berenang, bermain di taman, bermain bola atau kasti di
lapangan, atau bisa juga memasang ring basket di halaman rumah.
Untuk mengasah fungsi kognitif, anak bisa diberikan
permainan game di komputer, catur, scrable, merakit, dan lego. Atau bisa juga
melalui aktivitas yang memacu kreativitas dan imajinasi anak seperti melukis
atau menggambar.
Untuk tujuan bersosialisasi, ajaklah anak bermain
kelompok seperti ular tangga dan halma, selama 5 – 15 menit. Jika anak suka
bermain peran, orang tua bisa ikut terlibat dalam permainan.
Interaksi
dengan keluarga juga penting karena anak merasa dipenuhi kebutuhannya. Orang
tua jangan hanya menyuruh atau menuntut anak belajar dan les saja, luangkan
waktu untuk aktivitas yang menyenangkan bersama-sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar